Nge-Drug Itu Bunuh Diri !

Monday, December 15, 2008 0 comments





p

Nge-drug atau mengkonsumsi minuman keras, narkotika dan obat-obatan terlarang NARKOBA di kalangan remaja dan anak muda kini benar-benar mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan.

Perilaku buruk ini seolah-olah telah menjadi hal yang lumrah dan biasa di kalangan remaja. Bahkan menurut survei berbagai lembaga penelitian, penyalahgunaan narkoba kini telah melanda siswa SD. Sebagai contoh, berdasarkan survei salah satu surat kabar Nasional, antara Januari sampai Mei 2003, di Jakarta Utara sudah ditangkap 30 pelajar SD yang menggunakan obat-obat berbahaya. Itu data tahun 2003! Dengan trend tindak penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dapat kita bayangkan berapa banyak anak-anak usia sekolah yang telah terjerumus dalam tindak penyalahgunaan narkoba sekarang ini? Tentu sangat mengerikan untuk kita bayangkan!

Jenis-jenis obat terlarang dan narkotika yang telah akrab di telinga para remaja yang suka nge-drug, antara lain : Ectassy (nama lainnya adalah INEX, I, KANCING, EVA, ADAM, MDM, GOLONG-GOLONG), Sabu-sabu (nama lain adalah: Glass, Quartz, Hirropon, Ice Cream), Candu,
Morfin, Codein, Canabis dan sebagainya.

Friends, kalangan remaja yang suka nge-drug itu seharusnya sadar, atau paling tidak ada yang memberikan penyadaran, bahwa nge-drug (penyalahgunaan obat-obat terlarang) adalah tindakan bodoh dan sama saja dengan bunuh diri. Nge-drug adalah perilaku yang sangat
merugikan, baik secara jasmani maupun rohani. Dari segi jasmani, orang yang gemar mengkonsumsi minuman keras dan obat-obat terlarang akan mengalami gangguan kesehatan yang sangat serius. Misalnya "Legenda Hidup' sepakbola Argentina, Diego Armando Maradona, ia harus mengakhiri karirnya di lapangan hijau lebih cepat karena ketergantungannya yang luar biasa terhadap obat-obat terlarang. Ia bahkan harus bertahun-tahun masuk pusat rehabilitasi
untuk menyembuhkan ketergantungannya terhadap obat-obat terlarang yang menyebabkan menderita penyakit jantung.

Dari segi rohani, orang-orang yang gemar nge-drug, maka ia akan mudah hilang kesadarannya dan mudah melakukan tindak kriminialitas yang sangat keji dan menjijikkan di luar dugaan. Misalnya di India pernah terjadi seorang ibu terpaksa memukul anaknya sendiri hingga
tewas, karena anaknya itu mencoba memperkosa dirinya. Selidik punya selidik, ternyata anaknya itu pulang dalam keadaan mabuk dan sedang dalam pengaruh minuman keras. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa narkotika dan zat aditif bisa menutupi akal dan menghilangkan kesadaran pemakainya. Pemakai narkotika yang sedang fly ia akan
merasakan adanya sesuatu yang masuk dalam tubuhnya. Seolah-olah ada orang lain dalam dirinya, hatinya bicara sendiri, dan seolah-olah yang ia rasakan bukan dirinya. Karennya, ia akan lupa akan dirinya dan mudah dikendalikan dari luar, sehingga segala gerakan dan perilakunya bukanlah kehendak dirinya sendiri. Segala tindakannya sudah di luar kontrol dirinya.
Gambaran singkat di atas menunjukkan betapa nge-drug adalah tindakan
bodoh yang hanya akan menyeret pemakainya dalam kehancuran.

Nge-drug adalah tindakan yang sangat merugikan, baik ditinjau dari segi medis, terlebih lagi dari segi moral dan agama. Islam dengan tegas juga melarang pemeluknya dari mengkonsumsi minuman keras ataupun menyalahgunakan narkoba. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam
surat Al-Maidah:90 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khmar, berjudi, (berkorbanuntuk) berhala, mengundi, nasib nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.


Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Rasulullah SAW juga telah menegaskan dalam haditsnya: Setiap yang memabukkan itu adalah khamr, dan tiap-tiap yang memabukkan adalah haram (H.R Al-Bukhari).
1. Coba-coba Eksperimen yang Basi! Kasus penyalahgunaan atau ketergantungan terhadap minuman keras dan narkoba di kalangan pelajar dan remaja, sebagaian besar berawal dari
coba-coba selebihnya karena pola hidup life style, biar dibilang gaul, modern, terndy, funky, dan sebagainya. Kecenderungan jiwa remaja yang sedang bergolak, menyukai tantangan, ingin mencoba sesuatu yang baru dan berusaha mencari jati diri, memang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh. Ia akan mudah tertarik untuk mencoba "sesuatu yang baru" sebagai pengalaman hidup. "Ya, sekedar coba-coba!", itulah alasan yang sering kali para remaja kemukakan. Apalagi kalau dalam masa yang rentan ini, mereka mengalami masalah-masalah hidup yang sulit untuk dipecahkan misalnya ditinggal kekasih, BROKEN HOME dan jenisnya maka mereka akan cenderung mencari tempat pelarian yang dapat membuatnya happy. Pada saat inilah, bisa jadi ia akan "coba-coba" untuk mencari ketenangan hidup dalam pengaruh narkoba. Mereka berfikir pendek bahwa saat fly itulah mereka akan bisa mendapatkan kedamaian dan dapat melupakan berbagai persoalan hidup.

2. Ketagihan, Awas Kehancuran telah Dimulai! Ketagihan terhadap narkoba adalah pertanda dimulainya saat-saat kehancuran. Orang yang telah mengalami rasa sakit dan siksaan yang
amat sangat. Rasa sakit itu akan sangat sulit ditahan dan ia tidak akan hilang sebelum si pemakai mampu memenuhi kebutuhanya, mengkonsumsi narkoba. Jika ini yang terjadi, maka apapun akan ia lakukan agar rasa sakit yang diakibatkan oleh sakaw tersebut dapat
segera hilang. Caranya, yaitu tadi dengan "memakai" narkoba, dan dari sinilah kemudian akan muncul banyak masalah! Untuk orang remaja yang "tajir" dan punya duit berlebih, mungkin
mereka tidak akan sulit untuk mendapatkan narkoba; ada duit ada barang. Tapi sampai kapan? Tragisnya bagi orang-orang yang pas-pasan atau bahkan tidak punya duit, apa yang harus mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhannya terhadap narkoba guna menghilangkan sakit dan siksaan akibat sakaw? Maka mulailah ia melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Bisa berupa meminta uang kepada orang tuanya dengan cara menipu mereka, mencuri uang teman sekelasnya, mencuri barang-barang milik tetangganya, atau bahkan merampas hak milik orang lain secara paksa, seperti beberapa kejahatan berupa penodongan dan perampasan paksa hak milik orang lain yang dilakukan oleh anak-anak pelajar di atas Bus Kota yang sering marak belakangan ini.

Jika ini yang sering terjadi, maka mau tidak mau mereka akan berurusan dengan pihak yang berwajib polisi. Masih "untung" jika langsung ditangkap polisi, kalau dihakimi massa terlebih dahulu, apa yang akan terjadi? Huuh, pasti akan babak belur dan berdarah-darah! Tindakkah ini sebuah kehancuran? Inikah yang kalian cari, wahai friend-ku kaum remaja? Belum lagi dari segi kesehatan, para pecandu narkoba akan mengalami gangguan kesehatan dan penyakit mengerikan. Penelitian medis membuktikan bahwa orang-orang yang suka mengkonsumsi narkoba, maka akan mengalami kekeringan cairan otak dan terganggunya sistem kerja syaraf.
Sabu-sabu misalnya, obat terlarang jenis ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap syaraf. Si pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius ini dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian. Jenis obat ini
biasanya dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). "Air Bong" tersebut berfungsi sebagai
filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Orang yang sudah kecanduan obat ini akan mempunyai kecenderungan untuk cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak bersemangat/ingin tidur terus. Lalu, inikah yang kalian cari, wahai friend-ku kaum
remaja?

3. Karena Narkoba, Masa Depan Melayang Dari gambaran di atas, jelaslah bahwa narkoba adalah sumber bencana. Orang-orang yang telah terjebak di dalamnya, dan tidak segera melepaskan diri dari cengkeramannya, maka ia akan kehilangan segala-galanya. Ia akan kehilangan orang-orang yang terkasih dan terdekat.


Siapa yang akan sanggup terus bertahan untuk menjalani hidup bersama seorang pecandu? Ia akan kehilangan materi dan harta benda yang tidak sedikit. Berapa banyak duit yang ia keluarkan untuk membeli narkoba, apalagi untuk menyembuhkan ketergantungganya? Ia akan
kehilangan waktu dan kesempatan. Berapa banyak waktu yang tersia-siakan dan terbuang percuma untuk melewati hari-harinya bersama narkoba ataupun upaya penyembuhan terhadap ketergantungan? Atau berapa peluang yang akan lewat begitu saja, karena diri yang
tersibukkan oleh ketergantungan terhadap narkoba? Singkat kata, narkoba benar-benar telah membuat masa depan generasi muda yang kecanduan dengannya, melayang dan hilang percuma.

Mereka akan menghadapi masa depan yang suram dan kelam. Bayangkanlah, para pelajar yang seharusnya sehari-hari berkutat dengan buku pelajaran dan ilmu pengetahuan untuk bekal masa depan, kini justru sibuk dengan ganja, ekstasi, putaw, inex, shabu-shabu, dan sejenisnya. Apa
mereka masih punya masa depan? Lihatlah wajah-wajah para remaja yang seharusnya ceria dan penuh harapan dalam menatap masa depan, kini berganti dengan wajah-wajah yang penuh dengan tatapan mata kosong, wajah-wajah yang kusut masai karena teler. Masihkah mereka ini punya masa depan? Friend, lihatlah teman-teman sebayamu yang kini terjebak dalam lingkaran setan narkoba. Mereka benar-benar telah kehilangan segalan-galanya. Belajarlah dari kejadian tragis yang menimpa mereka itu.

Jangan sampai kalian melakukan kebodohan dan kekonyolan yang sama. Masa depan ada di tangan kalian sendiri. Jangan sekali-kali terjebak dalam narkoba, kalau tidak ingin masa depan kalian melayang percuma!

UJE


Read the full story

Hidup Yang Dibimbing Allah


Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

…… Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 50)

Misalkan kita hendak memasuki sebuah hutan rimba yang belum kita kenal tempatnya, tentu akan lebih mudah bila kita didampingi seorang pemandu. Yang akan memberi tahu mana jalan yang baik untuk dilalui, mana yang tidak. Apa saja bekal perjalanan yang hendaknya dibawa, dan bagaimana cara mengatasi berbagai kendala selama perjalanan.

Tetapi bisa juga kita memasuki hutan yang tidak dikenal itu, dengan kemampuan yang kita miliki. Kita tidak membutuhkan pemandu, karena percaya akan keahlian kita dalam menghadapi berbagai masalah diperjalanan. Namun, tentu saja cara ini akan lebih susah untuk dilakoni. Banyak energi yang terbuang secara sia-sia, dan belum lagi bahaya tersesat senantiasa membayangi.

Begitu juga dengan hidup ini, saat masalah datang menerpa. Bila kita mengandalkan kemampuan yang kita miliki, entah itu berupa kepandaian, harta, atau kekuasaan yang kita punya, tapi tanpa petunjuk dari Allah, kesesatanlah yang nantinya akan kita temui.

Saudaraku, memperoleh petunjuk dari Allah adalah sebuah anugerah yang tak terhingga dalam hidup ini. Sebuah masalah, seberapa pun sukarnya ia, akan menjadi mudah saat ‘tangan-tangan’ Allah memandunya. Karenanya, jangan pernah menyandarkan segala solusi masalah, hanya berlandaskan pada kemampuan yang ada dalam diri kita, sembari melupakan Allah yang menggenggam jiwa ini.

Manusia memang dikarunia berbagai kemampuan yang dapat dipergunakannya untuk mengatasi masalah. Tetapi, bila kemampuan-kemampuan itu tidak mendapat pengayoman dari cahaya Allah, maka kelak kita akan tersesat oleh ilusi kebenaran yang diciptakannya. Sebagaimana yang Allah nyatakan di surat Al-Qashash ayat 50.

Jadi, carilah bimbingan dari Allah di setiap detik hidup ini. Raihlah petunjuk-Nya, ketika masalah datang menerpa. Ketuklah pintu ridho-Nya, agar nur ilahi selalu menerangi langkah-langkah kita.

Read the full story

Menghayati Penanggalan Islam



p

1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Suhanahu wa ta’ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.

Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.

2. Muhasabah (introspeksi diri) dan Istighfar
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah tilawah al-Qur’an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam suasana pergantian tahun seperti sekarang ini.

Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).

Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.

Rasulullah saw bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh sebagai persiapan menghadapi kematian”.
Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau berkata :
“Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah”

3. Mengenang Hijrah Rasulullah saw
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai l bulan ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai’atul Aqabah, dimana terjadi bai’at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah SAW, apabila beliau datang ke Madinah. Dengan adanya bai’at ini Rasulullah pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang Qurais senantiasa mengintai beliau.

Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya. Rasulullah SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orang-orang yang ingin membunuhnya. Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa,masih juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau yang ditemani Abu Bakar hingga sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong hamba yang menolong agamaNya.

Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang menuntut sebuah pengorbanan. Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba di Madianah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu sudahkah kita berbuat untuk agama kita?

4. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita
Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi kebanyakan dari kita bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan bahwa hari jum’at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogyanya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada Kalender Islam ini.

5. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram
a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram.” (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.

Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : “Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha” (Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.

b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)

c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul ‘Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :

1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Ibnu Abbas ra berkata :
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“
Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)

4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : “Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah pun bersabda :”Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)

Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : “Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“

Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.

Bagaimana Berpuasa di bulan Asyuro :
Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :

1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)

2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis yang shahih, dimana Rasulullah ? pada akhir hidup beliau sudah merencanakan untuk puasa pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.

d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein ? cucu Rasulullah saw di sebuah tempat yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.

Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, apalagi terhadap orang yang dicintai Rasulullah saw, dan kita tentu mencintai dan memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat mencintai keluarga Rasulullah saw, hal itu jangan sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan memukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah saw yang tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi’ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian.

e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada.
Rasulullah saw telah mengajarkan pada kita agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.

Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi’in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, wal’iyadzubillah.

Semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal ‘alamin.

Sumber : Ustad Jefri Al Bukhori

Read the full story

Nikmati Proses Ikhtiarmu




Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

Saudaraku yang baik, ketahuilah, syetan itu berupaya menghancurkan amal kita pada tiga bagian, yakni sebelum, sedang, dan sesudah. Sebelum beramal ditipu olehnya supaya kita mengurungkan niat untuk beramal. Ketika sedang beramal, ditipu olehnya supaya amal kita tidak sempurna. Ketika sudah beramal pun, ditipu olehnya supaya kita riya dan ujub, ingin amal itu dilihat dan dipuji orang.

Hendaknya kita amat waspada menghadapi tipuan-tipuan syetan semacam ini. Kita harus menjaga sekuat-kuatnya ketiga moment amal tersebut. Dan kuncinya adalah sempurnakan ikhtiar baik saat berniat, saat melakukan, maupun saat amal itu selesai ditunaikan.

Manakala terdengar adzan dikumandangkan dari masjid, waspadalah syetan akan segera menasehati, “Tunggulah barang sebentar lagi sampai adzan selesai. Lagi pula di masjid itu telah biasa tadarus Al-quran dulu sebelum qomat.” Segera tepiskan bisikan itu dan pergilah ke masjid! Karena, boleh jadi umur kita akan berakhir begitu adzan selesai. Kalau tidak segera shalat, bahaya. Bisa-bisa kita su'ul khatimah.

Ketika sampai di masjid, waspadalah syetan akan kembali menasehati, “Duduknya dekat pilar saja supaya bisa bersandar kalau mengantuk.” tidak! Shaf pertama adalah shaf yang paling utama. Kejar dan sempurnakan ikhtiar kita!

Ketika usai mendirikan shalat, waspadalah pula syetan tak akan lelah untuk menasehati. Mungkin kali ini dengan mengutip guyonan teman, “Ayo, jangan sampai telat dua kali. Kalau datang telat, maka pulangnya jangan sampai telat juga. “Tidak! Lawan! Terjanglah godaan itu dengan cara menyempurnakan shalat kita dengan wirid, dzikir, doa, dan shalat sunnah ba'diyah (kalau ada).

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada guna. (QS. Al Mu'minuun (23): 1-3)


Manakala melihat orang-orang lain bergegas keluar dari masjid begitu usai shalat, hati-hati. Syetan tak akan sungkan membisiki hati, dengan perasaan ujub dan takabur. Hati pun serta merta akan menggerundel. “Lihat orang-orang itu benar-benar tergoda oleh syetan. Mungkin, imannya lagi lemah.” Ini meremehkan orang lain. Justeru kita ternyata yang terjebak oleh tipu daya syetan.

Pendek kata, peliharalah agar kita tidak menjadi riya, dan sombong dengan amal-amal kita. Caranya dengan menikmati ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amalan kita.

Tampaknya amalan-amalan yang demikianlah yang akan membuat Allah mengaruniakan ilmu lanjutan, yakni ilmu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Ini hikmah lain dari ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amal. Karena. “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya dengan sebaik-baiknya, niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang lain yang belum diketahuinya.”

Jadi, kalau kita ingin menjadi ahli ilmu yang luas, maka kuncinya adalah dengan berjuang menjadi ahli amal yang disempurnakan dan dijaga mutunya. Jangan tergiur oleh banyaknya amal, tetapi rindukanlah bisa menyempurnakan amal-mal kita. Read the full story

Sudah lama saya tidak berdoa:



Film Kun Fayakuun
mengajarkan sederhana kepada penontonnya tentang Kekuatan Do'a.
Kekuatan percaya pada Allah. Kekuatan pasrah pada Kehendak-Nya.
Dan semua itu memotivasi banyak orang.


Hari gini, banyak yang berputus asa. Atau sedikitnya, berkurang imannya kepada Allah. Banyak yang tidak percaya bahwa ia bisa berhasil. Tidaklah sedikit yang percaya bahwa nasib buruk akan menimpanya. Atau, tidak mau meyakini bahwa pertolongan Allah itu bakal datang. Sebagiannya hanya mau percaya bahwa hidupnya ya gitu-gitu aja. Ga akan ada perubahan, sbb otaknya mengatakan ia tidak mungkin berubah. Tanya saja kepada seorang pegawai yang gajinya kurang. Ia akan memandang segala kekurangannya, dan kekalahannya setiap bulan secara keuangan. Tanya juga para pedagang yang kekurangan modal. Baginya, ia bakalan punya keuntungan berlipat-lipat kalau ia bisa memiliki modal tambahan yang berlipat-lipat. Tanya pula mereka yang memiliki hutang segunung, sedangkan pekerjaan dan usaha sdh tidak ada. Apalagi kalau kemudian peluang dan kesempatan juga terasa gelap baginya. Maka, hutang itu katanya tidak akan pernah terbayarkan. Tanya pula kepada mereka yang terkena kanker, atau anggauta keluarganya ada yang kena penyakit kronis, menahun. Ia akan lihat kematian yang cepatlah jawaban yang tepat.
Kun Fayakuun, ia saya suarakan agar diri ini tidak melemah. Tidak jatuh dlm keputusasaan. Tidak larut dalam kesedihan. Dan yang lbh penting lagi, tumbuh kemudian keinginan tuk berubah, dan percaya bahwa segalanya masih mungkin, sebab tuhannya adalah Allah Yang Maha Kuasa. Kun Fayakuun.

Mohon doa atas kehamilan istri saya yang ke-empat. Mudah-mudahan doa jamaah bisa menjadi kekuatan dan keajaiban tersendiri. Kun Fayakuun.
Yusuf Mansur
Read the full story

Memaknai Haji dan Qurban



Setiap kali datang bulan Dzulhijah yang kita kenal dengan bulan haji, sebagian masyarakat Muslim yang mampu melaksanakan rukun Islam kelima melakukan perjalanan ke Tanah Suci Makkah. Dengan semangat yang tetap besar di tengah kondisi bangsa yang sedang prihatin, umat Islam menunaikan kewajiban agamanya dengan jumlah jamaah haji yang setiap tahun tetap besar. Jumlah yang besar ini mudah-mudahan diimbangi juga dengan kualitas individual baik fisik, sosial, maupun spiritual.

Ibadah haji dan kurban bermula dari kisah Nabi Ibrahim sebagai lambang tauhid berhadapan dengan kesyirikan yang diwakili oleh ayahnya sendiri dan masyarakatnya. Apa arti semua itu bagi umat Islam? Kisah yang mengharukan dan filosofis tentang perjalanan Nabi Ibrahim dilukiskan Alquran hanya dalam 10 ayat pendek, dan di bagian lain sebuah pernyataan yang juga hanya sekitar 10 ayat. Yang pertama, kurban adalah simbol pengorbanan demi membela tauhid, dan yang kedua, kurban demi membela dan membantu kaum fakir miskin.

Memang, kurban ini wujudnya berupa hewan yang secara simbolik dipersembahkan kepada Tuhan. Tetapi, konkretnya yang sampai kepada Allah bukan daging dan darahnya, melainkan yang sampai adalah ketakwaan (QS 22: 37). Ketakwaan yang menjadi salah satu syarat ini, tak lain adalah kecintaan kepada Tuhan dan ini menuntut juga untuk mencintai sesama manusia dengan segala perbuatan baik.

Berbuat amal kebaikan harus diwujudkan dalam simbol-simbol lahir dan batin, seperti penyembelihan hewan kurban dengan tujuan utama daging hewan itu dibagikan kepada masyarakat kurang mampu. Sedangkan, niat dan tindakan adalah sebuah manifestasi ketakwaan. Kita dapat belajar dari kurban hewan yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah menyembelih sebanyak 100 ekor, menurut satu sumber, dan 63 ekor menurut sumber lain, bukan sekadar untuk ulang tahun yang ke-63, tetapi terutama sebagai rukun ibadah untuk menyantuni masyarakat tidak mampu.

Di sini, kita diuji dalam arti lahir, untuk selalu menyantuni masyarakat yang tidak mampu. Begitupun, kita diuji dalam arti batin untuk selalu bersikap sabar dan tabah. Bahkan, secara simbolik anak yang merupakan curahan cinta kasih ibu dan bapak pun harus dikurbankan demi kecintaan kepada sesama manusia yang lebih luas, dengan membuang jauh-jauh sifat egois.

Peristiwa ini adalah isyarat nyata bagi kita untuk merenungkan secara lebih mendalam. Rangkaian ibadah haji dan kurban memang bukan sekadar mengenang peristiwa ini, atau juga sekadar mengejar surga dan neraka. Lebih dari itu, memberi arti dengan dimensi yang luas dalam pengertian kehidupan agama dan sosial. Isyarat ini menunjukkan bahwa kita mesti berkurban secara ruhani, materi, dan fisik.

Pengurbanan lahir-batin
Menunaikan ibadah haji adalah suatu pengurbanan lahir dan batin. Ini adalah peneladanan terhadap Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam pengurbanannya yang sangat besar. Tak henti-hentinya Nabi Ibrahim--ketika itu bersama anaknya tinggal di tempat yang tandus di sekitar Masjidil Haram-- berdoa agar negerinya dijadikan tempat yang aman dan dijauhi dari penyembahan berhala dan dijadikan hati sebagian manusia mencintai mereka.

Itu juga dorongan yang membuat sebagian orang ingin memenuhi kerinduan hati menunaikan ibadah haji karena doa Nabi Ibrahim atau karena mendapat panggilan Allah. Setiap Muslim dengan keimanan dan kesadarannya ingin berziarah ke Masjidil Haram dan Ka'bah sebagai simbol tauhid. Bahkan, tak jarang orang harus berulang kali pergi haji. Barangkali ini tak lepas dari doa Nabi Ibrahim, ''Jadikanlah hati sebagian manusia mencintai mereka.'' (QS 14: 37). Hanya, alangkah indahnya mereka yang sudah berulang kali pergi haji sesekali menggantinya dengan ''berkurban'' membagikan biaya hajinya berikut biaya kurban kepada masyarakat fakir miskin di negeri kita yang secara statistik masih melimpah.

Seperti halnya ibadah puasa, kita berlatih membersihkan diri dari segala cacat rohani, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi terus-menerus setiap waktu. Setiap tahun diharapkan lebih baik dari sebelumnya. Demikian halnya, tentunya dengan ibadah haji. Diharapkan, dengan berhaji, ibadah kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia akan menjadi lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya.

Kita tahu, kondisi umat Islam di negeri kita tercinta ini kerap kali memendarkan pertanyaan. Mengapa di negeri mayoritas Muslim ini korupsi tetap merajalela? Apanya yang salah? Bukankah agama sudah memberikan banyak ritual dan pelatihan spiritual guna meningkatkan keamanahan diri? Mengapa umat Islam harus berbondong-bondong mengikuti olah spiritual di luar ajaran Islam? Bukankah sebenarnya, shalat, puasa, juga ibadah haji kalau ditunaikan secara khusyuk, kontemplatif-reflektif, dan emansipatoris-spiritual, akan melahirkan ''daya ledak'' kedirian yang luar biasa?

Inilah yang perlu terus-menerus kita refleksikan dan implementasikan dalam kehidupan nyata agar kemudian mendorong kita untuk mewujudkan perbaikan di segala bidang. Inilah yang dinamakan jihad sesungguhnya, yakni berjihad untuk mempertahankan dan mengungkapkan secara nyata dalam kehidupan profan ini. Jihad jangan hanya dimaknai sebagai ''bunuh diri'' demi membela apa yang dipandng kebenaran. Hidup nyata inilah yang justru menjadi lahan persemaian semangat jihad.

Nabi sudah mengingatkan, ''Dunia adalah tempat menyemai bagi akhirat.'' Kalau tidak ada peningkatan kualitas umat, seolah-seolah kita dapat mengatakan, apa pentingnya jumlah jamaah haji Indonesia yang cenderung tiap tahun meningkat ini dengan perbaikan kualitas diri, yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Wajar, pernyataan ini dikemukakan. Sebab, setiap perintah agama pasti mengandung inner drive yang akan berguna bagi peningkatan kualitas pribadi dan sosial.

Kalau dulu kita bakhil, enggan bersedekah, terlalu berhitung dalam beramal, sering mengecoh, berdusta dan menggunjing, sombong, angkuh, sepulang dari berhaji harus lebih dapat memperbaiki diri dan melaksanakan perbuatan yang terpuji. Ibadah haji dapat dipahami sebagai medium membangun kesadaran dan tindakan untuk mengubah sifat egois ke sifat altruis. Dengan cara itulah, keseimbangan diri manusia akan terwujud, yakni semakin mantap dalam berhubungan dengan Allah dan semakin humanis dalam hubungan dengan sesama manusia.

Tetapi, di samping itu, cara mengerjakan segala amal kebaikan tentu tidak terbatas hanya melalui kurban hewan di kawasan Tanah Suci Makkah. Dapat saja, misalnya, dilakukan di Tanah Air dengan syarat-syarat tertentu yang berlaku dalam hukum Islam. Di samping itu, melengkapi ibadah dengan hewan kurban dapat juga dilakukan dalam bentuk lain, seperti dialihkan menjadi sembako atau disesuaikan dengan keperluan mendesak masyarakat fakir miskin di lingkungannya. Merekalah yang sebenarnya perlu mendapatkan perhatian.

Walhasil, sudah waktunya umat Islam untuk menjadikan Hari Raya Kurban ini sebagai etos bagi peningkatan lahir dan batin. Banyak hikmah yang bisa direngkuh dari momen sakral ini. Yang terpenting adalah selalu menyadarkan umat Islam makna pengurbanan.

UJE

Read the full story

Kepompong Ramadhan


Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

Pernahkah sahabat melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang binatang melata ini tampak menjijikan, bahkan menakutkan. Namun, masa hidup ulat ternyata tidak lama karena ia akan masuk ke dalam kepompong, lalu beberapa hari setelah itu ia pun keluar dan menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Siapa yang tidak menyukai bentuk dan penampilan kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan alami? Sebagian orang bahkan mencari dan mengoleksinya baik sebagai hoby ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.

Semua ini menandakan, betapa teramat mudahnya bagi Allah mengubah segala sesuatu. Dari sesuatu yang menjijikan, buruk dan tidak disukai menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya, melalui suatu proses perubahan (dalam hal kupu-kupu tersebut berupa proses metamorfosa) yang sudah diatur dan ditentukan ukurannya oleh Allah. Baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunatullah) ataupun berdasarkan hukukm yang telah disyariatkan kepada manusia (Al Quran dan Al Hadist).

Demikian pula bila kita masuk ke dalam “kepompong” Ramadhan. Jikalau segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan “metamorfosa” dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan, yakni menjadi manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.

Inti dari ibadah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar menguasai hawa nafsu. Allah berfirman,”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungghnya surgalah tempat tinggalnya.”[Q.S. An Naziat ( 79) : 40 – 41]. Jelaslah, salah satu kunci surga adalah kesanggupan menahan diri dari hawa nafsu yang tidak diridhai Allah.

Memang, selama ini kita mengalami kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu karena ada “pelatih” lain yang ikut membina hawa nafsu ke arah yang tidak disukai Allah. Dialah syetan yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita karena memang hanya itulah tugasnya. Apalagi syetan memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu, keduanya sama-sama tidak terlihat.

“Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu karena sesungguhnya syetan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” Demikian firman Allah [QS. Faathir (35) :6].

Akan tetapi, kita bersyukur karena pada bulan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk, sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa berlatih dan mengendalikanv hawa nafsu. Karenanya, kesempatan ini tidak boleh kita sia-siakan. Segala aspek hawa nafsu harus kita kendalikn dengan sekuat-kuatnya agar ketika nanti syetan dilepas kembali, hawa nafsu itu telah tunduk kepada kita. Dengan demikian, hidup kita pun hanya sepenuhnya dijalani dengan hawa nafsu yang diridhai-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia.

Bila sudah demikian, maka shaum pun hendaknya kita tingkatkan. Tidak hanyamenahan hawa nafsu perut dan seksual saja, tetapi juga semua anggota badan kita lainnya.


Mata harus kita latih agar shaum dari segala sesuatu yang diharamkan. Karena, hawa nafsu mata selalu ingin melihat yang indah-indah, termasuk yang diharamkan Allah. Selama Ramadhan kita didik mata ini agar dapat berpaling dari segala hal yang dilarang agama. Sebaliknya, kita latih agar selalu senang membaca Al Qur’an, mengkaji buku-buku agama, serta memandang hal-hal yang dapat mengingatkan kita akan kebesaran Allah.

Telinga mesti kita jaga agar sanggup shaum dari pendengaran yang sia-sia, musik-musik maksiat, obrolan sia-sia, atau mendengar aib-aib orang lain. Karena, setiap kali kita mendengarkan sesuatu, pastilah menghabiskan waktu, sedangkan waktu adalah modal utama hidup kita. Apalagi waktu pada bulan Ramadhan amatlah terbatas. Belum tentu kita masih hidup pada Ramadhan tahun beriktunya.

Jadi, pendengaran ini hanya akan kita pergunakan untuk mendengarkan sesuatu yang akan menjadi bekal kepulagnan kita ke akhirat kelak. Kita didik agar telinga kita selalu merasa senang dan nikmat mendengarkan ayat-ayat Allah ataupun tausyiah-tasyiah yang mengajak ke jalan-Nya. Kalaupun kita menyukai lagu-lagu, maka yang kita nikmati adalah lagu-lagu (nasyid) yang Islami, yang menyentuh relung-relung imani kita.

Read the full story

Meneladani Allah Yang Maha Luas


Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

Ingin jadi orang bijak, ingin bahagia dan mulia, maka luaskanlah ilmu, wawasan, dan pengalaman. Kalau kita kaya dengan ilmu maka dunia dengan sendirinya akan menghampiri kita.

Al-Waasi` adalah satu sifat Allah yang tercantum dalam asma`ul husna, yang artinya adalah Allah Yang Mahaluas. Kata Al-Waasi` tersusun dari huruf wau, syin, dan `ain. Setiap kata yang tersusun dari huruf-huruf ini menjadi antonim dari sempit atau sulit. Dari sini lahir makna-makna seperti "kaya", "mampu", "luas", "meliputi", "langkah panjang", dan sebagainya.

Allah adalah Dzat Yang Mahaluas. Luasnya kekuasaan Allah sungguh tidak terbatas, meliputi semua yang ada di langit dan di bumi. Allah Mahaluas Keagungan-Nya, sehingga Ia kuasa memuliakan siapa saja yang Ia kehendaki tanpa berkurang kemuliaan-Nya. Allah Mahaluas rezeki-Nya, sehingga Ia mampu memberikan karunia kepada semua makhluk tanpa berkurang sedikit pun kekayaan-Nya. Allah Mahaluas ilmu-Nya, sehingga Ia mengetahui segala sesuatu tentang ciptaan-Nya sampai hal sekecil-kecilnya. Ia mengetahui lintasan hati setiap manusia. Ia mengetahui jalannya seekor semut hitam yang merayap di batu hitam saat tengah malam yang kelam.

Ternyata, luas-Nya Allah itu berbeda dengan luasnya manusia. Luasnya dalam pandangan manusia selalu dibatasi ukuran. Lapangan sepakbola itu luas, namun bisa dihitung dalam meter. Seorang profesor pasti memiliki ilmu yang luas, namun luasnya ilmu profesor pasti berbatas dan hanya pada satu segi. Luas dalam pandangan Allah tidak dibatasi ukuran atau dimensi waktu. Ia laitsa kamitslihi syai`un; tidak bisa diserupai makhluk. Intinya, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini ada dalam genggaman Allah. Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di alam ini.

Hikmah apa yang bisa kita ambil dari sifat Allah ini? Kita layak meniru sifat Allah ini dengan meluaskan ilmu, pengetahuan, dan wawasan dengan banyak menyimak, membaca, dan bergaul dengan para ulama. Makin luas ilmu kita, akan makin bijak pula kita, makin mudah menghadapi hidup, dan makin paham pula kita akan arah hidup. Keluasan ilmu dan pengetahuan akan memudahkan kita menyikapi masalah dengan cara tepat. Ingin jadi orang bijak, ingin bahagia dan mulia, maka luaskanlah ilmu, wawasan, dan pengalaman. Kalau kita kaya dengan ilmu maka dunia dengan sendirinya akan menghampiri kita.

Dengan meneladani sifat Al-Waasi` ini, kita pun harus belajar mengubah sudut pandang kita dalam hidup. Jangan memandang harta di atas segalanya. Harta memang rezeki dari Allah, tapi itu adalah tingkatan yang paling rendah. Kekayaan ilmu, kekayaan hati yang bersumber dari kekayaan iman jauh lebih tinggi di atas harta. Karena itu, kita jangan bangga dengan sesuatu yang rendah. Bukankah penjahat pun diberikan harta.

Yang tak kalah penting, kita pun harus memiliki keluasan hati. Suasana hati akan menentukan bahagia tidaknya hidup kita. Sehingga kita harus melatihnya agar senantiasa lapang. Berlatih untuk tidak mudah tersinggung, tidak mendramatisasi masalah, mudah memaafkan, dan menyadari bahwa yang dilakukan orang lain tidak akan selalu sesuai dengan kehendak kita, adalah sebagian cara untuk mendapatkan kelapangan hati. Makin luas sebuah lapangan, makin sulit terjadi gesekan. Ilustrasinya, di lapangan yang luas kita tidak takut dengan seekor tikus, kecoa, atau ular. Namun, akan beda rasanya jika kita bersama hewan-hewan tersebut di kamar kecil.

Rumusnya "2B2L" dapat pula dijadikan formula untuk menciptakan keluasan hati, terutama saat bergaul dengan orang lain. "B" pertama bijak terhadap kekurangan dan kesalahan, "B" kedua adalah berani mengakui kelebihan dan jasa orang lain. "L" pertama adalah melupakan jasa atau kebaikan diri. Dan "L" kedua adalah mampu melihat kekurangan dan kesalahan diri. Wallahu a`lam.
Read the full story

Tentang aura insani Training Center

Profil aura insani Training Center (aiTC)

Sekapur Sirih
Keberuntungan kuncinya adalah kegigihan mengubah diri menjadi lebih baik! Mengubah diri tidak akan berhasil kecuali diawali dengan keberanian mengetahui kekurangan dan kesalahan diri.
Semoga pelatihan yang dikemas dengan sederhana ini dapat menumbuhkan keberanian dan kemampuan mengenal diri, sehingga dapat melakukan perubahan diri.
Dan perubahan pada diri kita masing-masing akan mengubah keluarga, masyarakat, dan bangsa kita.

VISI
Menjadi lembaga pelatihan yang teladan dan terpercaya dalam mengembangkan karakter bangsa melalui Manajemen Islam.

MISI
* Menjadi model lembaga pelatihan pengembangan karakter berbasis Islami.
* Menjadi lembaga pelatihan yang sehat, kreatif inovatif, menggugah, mengubah dan memberikan kepuasan bagi peserta pelatihan aura insani.
* Menjadi lembaga pelatihan yang dikelola oleh SDM yang handal, profesional dan mencerminkan aplikasi nilai-nilai Islami.

MOTTO
Pelatihan aura insani Hadir Menjadi Solusi Setiap Hati

Good Spiritual Corporate Culture (GSCC)
Memberikan sebuah model terpadu bagaimana membangun sebuah budaya perusahaan yang dilandasi oleh kekuatan spiritual yang baik. Dengan menyentuh berbagai stakeholder, diharapkan nilai-nilai spiritual ini akan menjadi budaya perusahaan dan memberikan kontribusi dan landasan bagi pembangunan perusahaan yang sehat, kuat, berkah, dan berkelanjutan.
Dalam penerapan GSCC, Pelatihan Manajemen Qolbu memiliki kapasitas dalam hal Konsep Tata Nilai, Knowledge dan Sumber Daya Manusia.

PRODUK – PRODUK UNGGULAN

aiH Basic : Membentuk pribadi yang memiliki kebeningan hati sehinga dapat memancarkan akhlak mulia.

Diklatsar aiH : Membentuk karyawan yang professional dan berakhlak mulia yang memiliki loyalitas terhadap perusahaan.

aiH Etos Kerja : Menumbuhkan motivasi kerja yang berlandaskan nilai-nilai spiritual.

aiH Sinergi : Memahami peranan hati dalam membangun tim dan memahami kiat untuk membangun tim dengan 3S (Semangat persaudaraan, semangat solusi, semangat sukses bersama)

aiH Outdoor : Membangun karakter individu yang berakhlak mulia dan memiliki semangat untuk memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik.

aiH Keluarga : Pembentukan keluarga sakinah yang seluruh anggota keluarga terlibat langsung dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi di lingkungan keluarga.

aiHLeadership : Mengembangkan karakter pemimpin yang efektif dan terpercaya.

Community Development : Meningkatnya kemandirian masyarakat melalui usaha berbasis sumber daya lokal.

aiH Bunda : Pembentukan karakter istri dan ibu yang ideal dengan konsep MQ yang diharapkan dapat menjadi tauladan bagi anggota keluarga sehingga mampu menjadi solusi dalam menghadapi permasalahan keluarga.

aiH Service Excellent : Meningkatnya kualitas pelayanan yang tumbuh dari hati.


Contact Person :
aura insani Training Center
Graha Glest, Jl. Utama Ujung 339-350 Komp. P&K Cipondoh Indah Tangerang Banten Telp. 021-5549023/ 70522100
Read the full story